Ruang tunggu Bandara Hang Nadim nampak ramai. Mungkin banyak keluarga yang berlibur ke luar kota. Esok kebetulan hari libur. Libur panjang.
Aku memilih duduk di pojokan gate 7. Sedikit sepi dari hilir mudik calon penumpang. Aku kembali ke Jakarta untuk bersama teman teman Bara Badja bikin acara Maulid Nabi Muhamad SAW di Markas Bara JP, Cawang, Jaktim. Kebetulan Ahok dan Djarot bersedia hadir dalam gawean Maulid ini.
Dalam keramaian di ruang tunggu bandara ini pikiranku masih berkutat soal Ahok. Besok lusa Ahok jadi terdakwa. Ahok akan disidang di depan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Pikiranku melayang jauh. Andai saja dulu aku memilih jurusan hukum tentu aku bisa menyusun pledoi membelanya di depan pengadilan.
Dulu semasa SMA, sejatinya jurusan hukum yang paling aku minati. Aku suka membaca buku buku sejarah, hukum, politik dan sastra. Tapi entah mengapa aku memilih jurusan fisika. Setamat SMA malah memilih jurusan teknik mesin. Orang bilang gak nyambung.
Aku terpengaruh dengan biographi tokoh tokoh pendiri bangsa seperti Bung Karno. Bung Karno lulusan Sipil ITB. Namun pengetahuannya tentang sejarah, hukum, konsep negara dan dunia internasional luar biasa.
Saat Bung Karno diadili kolonial Hindia Belanda pada 2 Desember 1930 di Landraad Bandung karena dituduh makar, Bung Karno dengan epic menuliskan pledoi paling menggegerkan dunia saat itu. Bung Karno menuliskan pembelaannya sendiri dengan judul "Indonesia Menggugat".
Pledoi Bung Karno "Indonesia Menggugat" membuka cakrawala pembebasan baru dalam episode membebaskan bangsa dari imperialisme, kapitalisme dan kolonialisme pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pledoi itu menerobos kungkungan kebodohan yang sekian lama memenjarakan pikiran pikiran rakyat. Membodohi rakyat bahwa kaum inlander tidak akan mampu menjadi pemimpin.
86 tahun kemudian, tepatnya 13 Desember 2016, seorang anak bangsa dari Belitung, Basuki Tjahaya Purnama akan diadili oleh bangsanya sendiri.
Ia diadili karena dituduh menista agama Islam. Agama yang begitu dihormatinya sejak orok. Ia lahir dan besar di negeri dimana Islam memberi pengaruh besar dalam membentuk pola pikir dan karakternya.
Basuki kecil sekolah di sekolah Islam. Bersama anak anak Belitung teman temannya, Ia mengenal betul apa itu tauhid, rukun Islam dan Sunnah.
Kemiskinan di tanah kelahirannya Belitung membentuk dirinya menjadi pribadi yang kuat. Menjadi pengusaha sudah dilakoninya sejak muda. Ayahnya pengusaha. Ia anak pengusaha yang berhasil.
Tidak seperti teman temannya yang lain, Basuki berikhtiar mengabdikan sisa hidupnya untuk menolong orang banyak yang notabenenya orang orang muslim sahabat-sahabatnya.
Ikhtiar itu Ia kemukakan pada ayahnya. Menjadi pengusaha mungkin bisa menolong orang. Tapi terbatas. Menjadi pejabat akan banyak menolong orang. Banyak rakyat tertolong dengan kebijakan pejabat yang baik. Itu tekad dan ikhtiarnya. Ayahnya merestui niat Basuki.
Tuhan akhirnya buka jalan. Niat Ahok itu terwujud. Dua tahun Ia menjadi Gubernur Jakarta, warga Jakarta merasakan sentuhannya. Orang miskin pengangguran berubah hidupnya.
Puluhan ribu orang seperti pengamen, anak punk dan gelandangan diangkat martabat hidupnya menjadi pekerja kebersihan, pasukan oranye. Jalanan dan sungai sungai Jakarta menjadi bersih.
Momok menakutkan warga Jakarta yaitu banjir tahunan tiada lagi. Jakarta berubah total menjadi lebih baik. Birokrasi pelayanan warga akan KTP, KK dan akte kelahiran malah bukan hal menjengkelkan lagi. Begitu daftar wushhhh....wushhh..hitungan jam langsung beres.
Warga yang selama ini ketakutan terkena demam berdarah kini bebas demam berdarah. Anak anak kecil selamat dari kematian. Ahok membuat Jakarta semakin manusiawi. Energi dan pikirannya tumpah untuk membawa rakyatnya hidup bermartabat.
Dalam masa masa mendekati pendaftaran cagub lalu, Ahok dibombardir habis oleh lawan lawannya. Ia diserang oleh Hizbut Tahrir Indonesia melalui Mahasiswa Gema Pembebasan yang mengirimkan rekaman video Surat Al Maidah bahwa haram pilih pemimpin kafir Ahok. Ia juga diserang oleh FPI melalui risalah Iqtiqlal haram memilih pemimpin kafir.
Serangan serangan itu memborbardir pertahanan Ahok. Hingga Ia akhirnya bereaksi. Ia berpidato di Kepulauan Seribu tentang Al Maidah.
Dari pidato Ahok di Kepulauan Seribu itulah kisah status terdakwa Ahok bermula. Ia bak domba polos yang akan ditentukan nasibnya. Disembelih atau dibebaskan.
Aku merenungkan betapa kejam dan sadisnya bangsaku ini. Bung Karno diadili oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda karena mereka khawatir aksi gerakan Bung Karno bisa menimbulkan perlawanan.
Lalu, kekhawatiran apa yang kita cemaskan dari ucapan Ahok yang tidak sedikitpun ada niatnya ingin menista agama Islam? Agama yang begitu dihormatinya?
Besok lusa, Ahok akan duduk di kursi pesakitan karena tuduhan menista agama Islam. Sesuatu yang sangat tidak masuk di akal karena dedikasi dan ikhtiar Ahok menjadi pejabat adalah untuk menolong orang dari kemiskinan dan kebodohan.
Lihatlah energi pikiran yang dicurahkan Ahok untuk agama yang dihormatinya itu. Ia bersedekah, membayar zakat, memberi daging qurban. Ia membangun dua mesjid besar di Balai Kota dan Daan Mogot.
Ia memberangkatkan ratusan penjaga mesjid ibadah Umroh. Seorang teman pendeta bilang pada saya, lebih enak di jaman Foke buat umat Kristen. Gereja dan natal selalu di bantu pemerintah provinsi DKI. Jaman Ahok? Air mata saja yang ada. Itu pendapat banyak pemimpin umat Kristen ya Koh Ahok.
Tapi kami tidak peduli karena kami tahu bahwa menolong sesama manusia tanpa pandang agama, suku, ras dan golongan adalah pengabdian iman tertinggi dalam memuliakan nama Tuhan. Selalu bermanfaat bagi sesama manusia terutama mereka orang miskin, orang tertindas, teraniaya dan terpinggirkan.
Koh Ahok...tahukah bagaimana nasib Bung Karno dalam sidang pengadilan Hindia Belanda itu? Bung Karno dihukum 4 tahun penjara. Ia dipenjara karena ingin memerdekakan bangsanya dari kebodohan dan kemiskinan.
Penjajah Belanda ingin membungkam mulut dan pikiran Bung Karno bahwa orang inlander tidak akan bisa menjadi pemimpin.
Kini bangsamu sendiri ingin membungkam dan menyumpal jiwamu agar orang kafir sepertimu tidak boleh lagi mengabdikan diri membangun bangsamu sendiri. Orang kafir tidak boleh menjadi gubernur.
Benar apa yang dinubuatkan Bung Karno bahwa perjuangan kalian lebih berat dari perjuanganku. Karena yang kalian lawan adalah bangsamu sendiri. Besok lusa, bangsamu sendiri yang akan menikam jiwamu jatuh kedalam lembah kenistaan.
Tapi yakinlah bahwa masih banyak anak bangsa yang memiliki hati dan jiwa yang jernih. Sekalipun engkau terduduk sendirian di kursi pesakitan itu, percayalah ada tangan Tuhan yang lebih tahu apa isi hatimu.
Dari hati terdalam perkenankanlah aku menuangkan segelas air putih untuk mengganti keringat dan air matamu dalam melewati masa masa sulit ini.
Tetap teguh dan tegar ya Koh Ahok, karena kebenaran akan mencari jalannya sendiri..
Salam Perjuangan
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga
Baca Juga :
Loading...
loading...
Posting Komentar